Sabtu, 20 Oktober 2012

Kehidupan Yang Sadis Di Dalam Gejolak Api Neraka




Apabila orang-orang kafir sampai di neraka, pintu-pintu dikunci di belakang mereka. Di sini, mereka melihat pemandangan yang paling menakutkan. Mereka segera faham bahwa mereka akan "dihadiahkan" kepada neraka, tempat mereka untuk selamanya. Pintu-pintu yang terkunci menunjukkan bahwa tidak akan ada penyelamatan. Allah menerangkan keadaan orang-orang kafir sebagai berikut:
“Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri. Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat.” (QS. Al Balad, 90: 19-20)!

Azab tersebut di dalam Al Quran disebut sebagai "azab yang besar" (QS. Ali Imran, 3: 176), "siksa yang berat" (QS. Ali Imran, 3: 4), dan "siksa yang pedih" (QS. Ali Imran, 3: 21). Deskripsi tersebut belum memadai untuk memberikan pemahaman sepenuhnya tentang hukuman di neraka. Manusia yang tidak sanggup menahan sekadar nyala api kecil di dunia, tidak dapat memahami bagaimana terbakar api selamanya. Lebih jauh lagi, rasa sakit akibat api di dunia tidak sebanding dengan siksaan yang dahsyat di neraka. Tidak ada rasa sakit yang dapat menyamai apa yang dirasakan di neraka Firman Allah:

“Maka pada hari itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti siksa-Nya, dan tiada seorangpun yang mengikat seperti ikatan-Nya.” (QS. Al Fajr, 89: 25-26)


Begitulah kehidupan di neraka. Namun itu adalah sebuah kehidupan yang setiap saatnya penuh siksa dan derita. Setiap jenis siksaan fizikal, mental, dan jiwa, berbagai jenis siksaan dan hinaan mengamuk dalam kehidupan itu. Membandingkannya dengan kesusahan di dunia adalah hal yang mustahil.

Penghuni neraka menanggung rasa sakit melalui seluruh panca inderanya. Mata mereka melihat bentuk-bentuk yang menjijikkan dan mengerikan; telinga mereka mendengar jeritan, raungan, dan tangis kengerian, hidung mereka penuh dengan bau yang mengerikan dan sengit; lidah mereka mengecap rasa yang amat busuk, tak tertahankan. Mereka merasakan neraka hingga ke dalam sel-sel mereka; rasa sakit yang dahsyat dan membuat gila, yang sukar untuk dibayangkan di dunia ini. Kulit mereka, organ-organ tubuh mereka, dan seluruh jasad mereka hancur dan mereka menggeliat-geliat kesakitan.

Penghuni neraka sangat tahan rasa sakit dan mereka tidak pernah mati. Oleh kerana itu, mereka tidak pernah dapat menyelamatkan diri dari siksaan. Dalam Al Quran, rasa sakit diterangkan sebagai berikut: "alangkah beraninya mereka menentang api neraka!" (QS. Al Baqarah, 2: 175) Kulit mereka sembuh kembali saat mereka dibakar; siksaan yang sama berlangsung terus selamanya; intensitas siksaan tidak pernah berkurang. Sekali lagi, Allah berfirman dalam Al Quran: "Masuklah kamu ke dalamnya; maka baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu." (QS. At-Thuur, 52: 16)




Tidak kalah dari rasa sakit fisik, rasa sakit mental juga dahsyat di neraka. Penghuni neraka merasa luar biasa menyesal, jatuh ke dalam ketiadaan harapan, merasa putus asa dan menghabiskan waktu dalam keputusasaan. Setiap sudut, setiap tempat di neraka dibuat untuk memberikan penderitaan mental. Penderitaan itu abadi; jika saja ia akan berakhir setelah jutaan atau miliaran tahun, sekadar kemungkinan jangka panjang seperti itu saja sudah dapat membangkitkan harapan besar dan menjadi alasan kuat untuk kebahagiaan dan kegembiraan. Namun, keabadian siksaan akan menanamkan sejenis rasa putus harapan yang tidak dapat dibandingkan dengan perasaan serupa mana pun di dunia ini.

Menurut deskripsi Al Quran, neraka adalah tempat di mana rasa sakit luar biasa dialami: bau-bau yang menjijikkan; ia sempit, ribut, penuh asap, dan muram, menyuntikkan rasa tidak aman ke dalam jiwa manusia; api membakar hingga ke dalam jantung; makanan dan minuman yang menjijikkan; pakaian dari api dan didihan air.

Inilah karakteristik dasar neraka. Bagaimanapun, ada kehidupan yang berlangsung di dalam lingkungan mengerikan. Penghuni neraka memiliki indera yang tajam. Mereka mendengar, berbicara, dan berdebat, dan mereka mencuba untuk melarikan diri dari penderitaan. Mereka terbakar dalam api, menjadi haus dan lapar, dan merasakan penyesalan. Mereka disiksa oleh perasaan bersalah. Yang lebih penting lagi, mereka ingin terbebas rasa sakit. Para penghuni neraka menjalani hidup yang tidak terbatas yang lebih rendah dari haiwan di lingkungan yang kotor dan menjijikkan ini. Satu-satunya makanan yang mereka miliki adalah buah pahit berduri dan pohon zaqqum. Sedangkan, minuman mereka adalah darah dan nanah. Sementara, api menelan mereka di mana-mana. Penderitaan di neraka dilukiskan sebagai berikut:

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisaa', 4: 56)




Dengan kulit koyak-moyak, daging terbakar, dan darah bepercikan di mana-mana, mereka dirantai dan dicambuk. Dengan tangan terikat ke leher mereka, mereka dilemparkan ke pusat neraka. Malaikat azab, sementara itu, menempatkan mereka yang bersalah di ranjang api, selimutnya pun dari api. Peti mati tempat mereka ditempatkan tertutup api.

Orang-orang kafir terus-menerus menjerit agar diselamatkan dari segala siksaan itu. Dan mereka sering menerima balasan hanya berupa lebih banyak hinaan dan siksaan. Mereka ditinggalkan sendiri dalam penderitaan mereka. Mereka yang dulunya dikenal dengan keangkuhannya di dunia sekarang memohon-mohon ampunan. Lebih jauh lagi, hari-hari di neraka tidak sama dengan hari-hari di dunia, berapa lamakah satu minit di dalam penderitaan abadi, berapa lamakah sehari, seminggu, sebulan, atau setahun pada kesakitan tak berhingga dan tanpa akhir?

Semua adegan ini akan menjadi kenyataan. Semuanya nyata. Lebih nyata dari kehidupan kita sehari-hari.
Mereka "yang menyembah Allah dengan berada di tepi" (QS. Al Hajj, 22: 11); mereka yang berkata: "Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari yang dapat dihitung" (QS. Ali 'Imran, 3: 24); mereka yang menjadikan hal-hal seperti wang, status, dan karier sebagai tujuan utama hidup mereka dan kerananya mengabaikan ridha Allah; mereka yang mengubah perintah-perintah Allah sesuai dengan keinginan dan nafsu mereka; mereka yang menafsirkan Al Quran sesuai dengan kepentingan mereka; mereka yang menyimpang dari jalan yang lurus; ringkasnya semua orang kafir dan munafik akan menghuni neraka, kecuali mereka yang dimaafkan dan diselamatkan Allah dengan kemurahan-Nya. Inilah kata-kata Allah yang meyakinkan dan pasti akan terjadi:

“Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk, akan tetapi telah tetaplah perkataan dari pada-Ku: "Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahanam itu dengan jin dan manusia bersama-sama." (QS. As-Sajdah, 32: 13)





Ada fakta lain tentang neraka; orang-orang ini secara khusus diciptakan untuk neraka, sebagaimana dinyatakan ayat berikut:

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al A'raaf, 7: 179)

Meski semua penderitaan yang mereka alami, tidak akan ada seorang pun memberi pertolongan kepada penghuni neraka. Tidak ada yang sanggup menyelamatkan mereka darinya. Dibuang seperti itu akan memberi mereka perasaan kesepian yang pahit. "Maka tiada seorang teman pun baginya pada hari ini di sini.." (QS. Al Haaqqah, 69: 35) Di sekeliling mereka, hanya ada "Malaikat Azab" yang menerima perintah dari Allah. Mereka ini adalah para penjaga yang luar biasa keras, tanpa ampun, dan mengerikan, yang mengemban tanggung jawab tunggal memberi siksaan dahsyat terhadap penghuni neraka. Rasa kasihan telah dihilangkan sepenuhnya dari jiwa para malaikat ini. Di samping siksaan yang mereka berikan, mereka juga memiliki penampilan, suara, dan gerak-geri yang menakutkan. Tujuan keberadaan mereka adalah untuk membalas mereka yang mengingkari Allah, dan mereka melaksanakan tanggung jawab mereka dengan perhatian dan ketelitian yang sepatutnya. Tidak mungkin mereka akan memberikan "perlakuan yang pilih kasih" kepada siapa pun.



Inilah sebenarnya bahaya nyata yang menunggu setiap diri di bumi. Manusia, yang ingkar dan tak bersyukur kepada Penciptanya, dan kerananya melakukan tindakan keliru terbesar, tidak diragukan lagi layak menerima pembalasan seperti itu. Allah, kerana itu, memperingatkan manusia terhadap hal ini:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)

“Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Maka biarlah dia memanggil golongannya, kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah.” (QS. Al 'Alaq, 96: 15-18)
Ya Allah, lindungilah kami dari azabMU….

sumber : hj yusrin.haiti


Mengetahui Akhlak-Akhlak Iblis Dan Syaitan





Setiap orang bercita-cita untuk mendapatkan yang terbaik dan yang paling membahagiakan, mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Akan tetapi sedikit dari mereka yang mengetahui jalannya. Seorang pencuri, pezina, dan pemabuk akan mengatakan dirinya yang paling bahagia dan tenteram, serta menuduh orang lain yang menjaga dirinya dari bermaksiat kepada Allah sebagai seorang yang suci dan bersih, menuduhnya sebagai seorang yang kolot dan kuno. Demikianlah hawa nafsu apabila telah mencapai apa yang diinginkan. Rintangan demi rintangan bukan sebagai badai yang menghempas bahtera nafsunya. Zikir dan peringatan serta nasihat bukan lagi sebagai pengetuk gendang telinga dan mata hatinya.
Prinsipnya adalah “semua rintangan akan dihadapi serta semua nasihat akan ditepis dan dibantah, setelah itu menjadi kepingan-kepingan besi yang telah berkarat dan tidak bererti.” Demikianlah hawa nafsu yang telah naik meninggi ke angkasa. Sulit melihat diri dan keselamatannya. Dia juga akan berprinsip “tidak peduli”: biarlah anjing menggonggong kafilah tetap berlalu. Dia pun akan berkata: “No problem” walaupun Allah  menurunkan utusan-utusan-Nya dari langit. Demikianlah hawa nafsu yang sudah bergulung dalam kenistaan hidup, oleh kerananya lawan akan boleh menjadi teman dan kawan akan boleh menjadi lawan, yang ma’ruf akan boleh menjadi mungkar dan mungkar  boleh menjadi ma’ruf. Inilah yang dikhuatirkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam sabda beliau:

“Sesungguhnya dari perkara-perkara yang aku khuatirkan menimpa kamu setelahku adalah permasalahan perut-perut kamu (kerakusan), kemaluan-kemaluan kamu (syahwat), dan hawa nafsu-hawa nafsu yang menyesatkan.” (HR. al-Imam Ahmad, ath-Thabarani, Ibnu Abi ‘Ashim di dalam as-Sunnah, dan disahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani di dalam kitab Zhilal al-Jannah, dari sahabat Abu Barzah al-Aslami )


Kerakusanlah yang menjadi mesin pendorong nafsunya untuk mencapai keinginannya dan menentang segala penghadang di jalannya. Meski yang menghadangnya adalah kobaran api yang menjadi wujud lampu merah dari Allah  dan Rasul-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah  Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Seandainya anak Adam memiliki satu lembah emas, dia akan berkeinginan untuk mendapatkan dua lembah, dan tidak ada yang akan menutup mulutnya melainkan tanah dan Allah l akan menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (HR. al-Bukhari , Muslim, serta al-Imam Ahmad,  dan dari sahabat Abdullah bin ‘Abbas dan Anas bin Malik r.a)




Bagaimanakah Akhlak Iblis?
Mengejar syahwat dan menolak kebenaran adalah akhlak iblis. Menipu dan menyebarkan syubhat adalah akhlak iblis. Ketagih bermaksiat, menghalangi orang dari jalan Allah , meremehkan orang lain, rakus, tamak, sombong, angkuh, dan sebagainya, itulah akhlak iblis. Seluruh perkara yang merupakan perbuatan maksiat kepada Allah  baik dengan ucapan mahupun perbuatan, itulah akhlak iblis.

Peringatan Allah  Tentang Akhlak Iblis
Allah  berfirman di dalam Al-Qur’an:
“Wahai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagi kamu, maka jadikanlah dia musuh kerana sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir: 5—6)
“Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dan apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan kerana sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu. Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (al-Baqarah: 168—169)
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu.” (al-Baqarah: 208)
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar.” (an-Nur: 21)



Ibnu Katsir  dalam Tafsirnya mengatakan: “‘Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu’, (di sini) ada peringatan untuk menjauh darinya (syaitan).”
Al-Imam Qatadah dan as-Suddi  rahimahumallah mengatakan: “‘Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan’, artinya segala bentuk kemaksiatan kepada Allah , maka itulah langkah-langkah syaitan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/209)

Ibnul Jauzi  mengatakan: “Ketahuilah bahwa tatkala Adam  diciptakan, diberikan kepadanya hawa nafsu dan syahwat untuk mendapatkan apa yang bermanfaat baginya, serta diberikan sifat marah untuk menolak apa yang akan mengganggunya, dan diberikan akal seolah-olah bagaikan pendidik yang dia menyeru untuk melakukan keadilan dalam segala perkara yang harus diraih dan ditinggalkan. Dan Allah  menciptakan syaitan, membangkitkan untuk melampaui batas dalam meraih dan meninggalkannya. Maka kewajiban atas orang yang berakal adalah berhati-hati dari musuh ini, yang telah menunjukkan permusuhannya semenjak Nabi Adam a.s, serta telah menghabiskan umur dan dirinya untuk melakukan kerosakan di tengah-tengah Bani Adam.” (al-Muntaqa an-Nafis, hlm. 51)

Beliau juga mengatakan: “Maka bila syaitan menggoda seseorang terhadap satu perkara maka hendaklah dia berhati-hati . Hendaklah dia berkata kepadanya (syaitan) ketika dia menyuruh untuk bermaksiat: ‘Sesungguhnya kamu hanya memerintahkan diriku untuk mencapai syahwat berahiku, lalu bagaimana tampak kebenaran suatu nasihat bagi seseorang yang tidak dapat menasihati dirinya sendiri? Pergilah kamu! Kamu tidak menemukan celah pada diriku’.” (al-Muntaqa an-Nafis, hlm. 53)




Suka Selalu Terhadap Maksiat Adalah Akhlak Iblis
Menyukai maksiat adalah suatu penyakit kronik yang harus segera ditangani dengan penuh saksama dan terus-menerus. Syaitan akan membisikkan kepadamu bahwa engkau adalah orang alim, ahli ibadah, orang zuhud, qana’ah, dan orang dermawan. Cuba lihat teman-temanmu, mereka tidak ada artinya di hadapanmu. Mereka jauh darimu dan mereka tidak akan menyamaimu walaupun hujung kuku kaki atau tanganmu.
Dengarkan bantahan iblis terhadap perintah Allah:
“Apa yang menghalangimu untuk sujud kepada apa yang aku telah menciptakannya dengan kedua tangan-Ku, apakah kamu telah menyombongkan diri atau kamu termasuk orang-orang yang lebih tinggi?” Iblis menjawab, “Aku lebih baik darinya, aku Engkau ciptakan dari api, sedangkan Adam Engkau ciptakan dari tanah.” (Shad: 75—76)
Iblis juga berkata:
“Dia berkata, ‘Terangkanlah kepadaku, inikah orang yang engkau muliakan atas diriku?’.” (al-Isra: 62)


Ibnul Jauzi  mengatakan bahwa maknanya adalah: “Beritakanlah kepadaku apa alasannya Engkau memuliakan dia di atasku?” (al-Muntaqa, hlm. 53)

Cinta untuk selalu di atas akan menghalangi seseorang dari ilmu dan akan menggagalkan perjuangan. Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin t mengatakan: “Seseorang yang takabur (sombong) tidak mungkin akan mendapatkan ilmu, kerana ilmu itu memerangi kesombongan tersebut seperti mata air yang menghempaskan tempat yang tinggi. Kerana tempat yang tinggi akan selalu digoyangkan oleh air ke kanan dan ke kiri sehingga air itu tidak diam. Begitu juga ilmu. Dia tidak akan tinggal bersama kesombongan dan sifat yang suka ketinggian, yang pada akhirnya ilmu tersebut dicabut darinya.” (al-’Ilmu, hlm. 80)

Cinta untuk selalu menjadi orang yang berada di atas adalah satu wujud kemaksiatan kepada Allahl. Bila demikian keadaannya maka akan melahirkan kemaksiatan yang baru. Ibnu Abil ‘Izzi al-Hanafi mengatakan, “Dosa akan menghasilkan dosa baru, kerana balasan perbuatan jahat adalah keburukan setelahnya.” (Syarah al-‘Aqidah ath-Thahawiyyah, hlm. 440)

Apabila seseorang memiliki penyakit yang demikian maka akan melahirkan penyakit yang lain. Di antaranya:

1. Apabila dia melihat orang lain lebih dari dirinya maka dia akan hasad kepada orang tersebut, sampai kelebihan/keutamaan itu hilang dari orang tersebut.

2. Apabila dia sampai kepada apa yang dicintainya (diinginkannya) maka dia akan meremehkan orang lain, bahkan meremehkan gurunya sendiri.

3. Apabila dia beramal satu amalan yang tidak boleh dilakukan oleh orang lain maka akan bermunculan penyakit-penyakit kronik lainnya:

a.    Angkuh (ujub) terhadap dirinya, menganggap dirinyalah yang paling baik.
b.    Muncul sifat riya’ (ingin menonjol diri) dalam beramal supaya orang lain memujinya.
c.    Muncul sifat sum’ah (ingin memperdengarkan amalannya) supaya orang lain memuji-mujinya.

4. Apabila datang cercaan kepadanya maka dia menganggap yang demikian itu adalah azab.
Demikianlah sebahagian akhlak iblis yang akan menjauhkan seseorang dari Allah . Berhati-hatilah dari akhlak tersebut dengan cara mempelajari perjalanan hidup Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat beliau, yang telah berjuang di atas perjuangan kita ini dan mereka lebih dari segala-galanya. Kiaskan perjuangan dirimu dengan perjuangan mereka maka kamu akan menemukan dirimu jauh dari mereka. Oleh kerana itu, untuk apakah kamu mengangkat dirimu?


Wallahu a’lam.







Dah Mati Baru Nak Kalut Pasal Aurat?



Entry kali ni, sumpah aku tak tuding kat sapa-sapa secara spesifik. Cuma menyatakan pandangan aku secara umum. Apa yang aku nak tulis kali ni adalah perkara yang serius. Perkara yang aku rasa ramai di kalangan kita terlepas pandang. Tak lain tak bukan, pasal aurat. Aurat laki mahupun perempuan.

Apa yang aku perasan selama ni, orang kita memang sangat prihatin dengan isu-isu kematian. Lebih-lebih lagi isu kematian perempuan-perempuan comel lotey yang tak tutup aurat. Bila ada kematian golongan macam ni, kecohlah satu ruang legar internet tanah air. Media-media panas tak terkecuali untuk membuat 'liputan' walaupun arwah telah pergi meninggalkan kita.

Apa yang pelik, masa arwah masih bernafas, kitalah yang jadi tukang like gambar-gambar dia. Kitalah yang paling rajin puji gambar comel dia. "Ehhh.. Tiutnyew awak! Gebu lah pipi awak tu! Naik nafsu syahwat saya tengok dua bukit awak tu. HikHikHik". Ayat macam ni mungkin agak keterlaluan, tapi lebih kurang macam nilah situasi yang berlaku. Bukan tu saja, malah kita jugalah yang rajin share gambar dia untuk tatapan umum. Tak cukup dengan tu, kita simpan pulak gambar-gambar dia buat koleksi. Ni mungkin langkah awal untuk menjadi lelaki gila seks.

Ni baru kat facebook. Cerita pasal blog pulak, kalau letak muka kat blog, atau juga dikenali sebagai BLOG JUAL MUKA (BJM), berduyun-duyunlah manusia follow blog tu. Pada hal isi kandungannya takdelah mantap sangat. Yang mantapnya perempuan yang jual muka tu. Follow pun kemungkinan besar sebab nak tengok dia posing untuk shooting untuk overpriced camera/DSLR dengan pakaian ketat dan tabarruj walaupun bertudung

Tapi, bila sampai berita ada orang mati, kitalah orang pertama yang kalut. Kalutlah suruh hack blog, hack akaun facebook, hack akaun twitter, dan macam-macam lagilah yang perlu digodam. Ini adalah satu bebanan baru terhadap para penggodam. Menggodam akaun facebook, twitter, dan blog orang dah meninggal yang tak tutup aurat bagaikan satu tugas baru para penggodam. Apa yang pelik, masa arwah tu hidup, tak pulak kita muhasabah arwah supaya tutup aurat, tak pulak kita suruh para penggodam hack itu ini. Kan?

Pemikiran apa ye yang sedang selubungi kita? Adakah kita hanya sayang kawan-kawan kita sesudah dia mati? Masa dia mati, barulah nak cakap, "deletelah blog ni... nanti arwah terseksa dalam kubur". Hah... Pandai pulak nak kata arwah kena seksa. Pada hal, masa dia hidup dulu, kitalah yang galakkan dia pamer aksi haram dia kat internet. Yang lelaki pulak, tayang gambar kepala lutut. Aurat ciput pun tak mampu nak tutup!

Kepada diriku, ahli keluarga, para pembaca, dan kawan-kawan sekalian, tak usahlah kita tayang-tayang aurat kita. Kalau kita berada di pihak yang benar, takde orang pun akan suruh orang delete atau hack blog, twitter, atau facebook kita. Sebab kita gunakan teknologi untuk berdakwah dan menyampaikan ilmu. Bahkan, orang akan abadikan ilmu-ilmu kita. Jadi, pilihan kat tangan kita. Fikir-fikirkanlah untuk kesenangan kita di sana juga :)

====================


Aku harap bila aku dah mati nanti, takde orang akan delete atau hack blog aku :)

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ

"Tiap-tiap yang bernyawa akan merasai mati..." [Aali 'Imran(3):185]



Keburukan Onani



Perbuatan onani perlu dipandang serius oleh semua golongan. Kerana ia melibatkan nafsu syahwat dan membahayakan kesihatan diri sendiri. Sudah menjadi tanggungjawab kita untuk mengetahui apakah keburukan di sebalik onani yang hanya memberi kepuasan sementara ini.

Berikut merupakan beberapa keburukan onani.



1. Melemahkan zakar. Apabila melakukan persetubuhan dengan isteri, pancutan air mani akan berlaku bukan dalam masa yang betul. Pendek kata, cepat pancut.

2. Apabila pancutan berlaku bukan pada masanya, isteri tidak akan mencapai tahap klimaks. Ini menyebabkan si isteri keciwa dan tidak mencapai nikmat klimaks.

3. Menyebabkan lemah daya fikir dan lemah daya ingatan. Perkara ini menyebabkan kita sukar menerima pelajaran, apatah lagi menghafal sesuatu perkara.

4. Menyebabkan keletihan. Kerana proses pancutan air mani melibatkan juga proses pembakaran kalori yang memerlukan tenaga yang banyak. Justeru, tidak hairanlah sekiranya pengamal onani kelihatan kurus kering.

5. Membazir air mani. Air mani tidak dipancutkan di tempat yang hak. Sebaliknya, ia dibuang begitu sahaja tanpa memanfaatkan air mani tersebut.



"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (yakni) Orang-orang yang khusyu' dalam solatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Dan orang-orang yang menunaikan zakat. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya" [TMQ al-Mukminun:1-5]

Artis Bertudung Sesatkan Masyarakat dalam Diam



Artis Bertudung Sesatkan Masyarakat dalam Diam
Peminat bersorak girang melihat aksi awek bertudung di atas pentas. Bersorak bukan kerana awek bertudung itu beraksi ghairah di atas pentas, tetapi bersorak girang melihatnya hebat menyanyi. Kelunakan suaranya membuatkan peminat terpana.

Kepala yang disarung tudung menyebabkan peminat lebih dekat kepadanya. Kononnya awek yang bertudung adalah perempuan yang baik dan wajar untuk dicontohi. Inilah pemikiran sempit yang membelenggu umat Islam hari ini, akibat daripada penerapan hukum sekular. Asalkan bertudung sahaja, mereka itu membawa imej Islam.

Masyarakat menjadikan artis sebagai contoh, bukan al-Quran dan as-Sunnah sebagai sandaran undang-undang. Sekiranya artis itu bertudung, tudung seperti itulah yang akan dicontohi fesyennya, tanpa mengikut hukum syarak. Lazimnya, tudung ketat dan tudung yang tidak menutup dada sehingga menampakkan bentuk kedua-dua 'bukit' wanita sering dijadikan tudung contoh.

وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِن زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau bapa mereka atau bapa mertua mereka atau anak-anak mereka, atau anak-anak tiri mereka, atau saudara-saudara mereka, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang lelaki, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang perempuan, atau perempuan-perempuan Islam, atau hamba-hamba mereka, atau orang gaji dari orang-orang lelaki yang telah tua dan tidak berkeinginan kepada perempuan, atau kanak-kanak yang belum mengerti lagi tentang aurat perempuan; dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka; dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu berjaya. [an-Nur:31]

Inilah peranan artis bertudung. Memesongkan ummat daripada ajaran Islam yang sebenar. Kononnya mereka bertudung, merekalah contoh ikutan yang wajar diikuti. Walhal, mereka tidak menutup aurat seperti mana yang Allah telah tetapkan. Maka, peminat yang mengikut gaya fesyen artis ini turut sama masuk longkang bersama-sama artis pujaan mereka.

Mereka bukanlah membawa ajaran sesat mahupun menyesatkan aqidah umat Islam, tetapi peranan mereka amat besar sekali untuk menjadi ejen Barat untuk menjauhkan umat Islam daripada ajaran Islam. Perkara ini adalah hakikat yang harus ditelan walaupun pahit oleh peminat-peminat. Artis yang terbabit juga harus menelan hakikat ini, kerana mereka secara tidak sedar dan tidak rasmi menjadi ejen-ejen Barat dalam memesongkan umat Islam daripada ajaran Islam!

Ini baru diperhatikan daripada aspek tudung. Bagaimana pula dengan aksi-aksi mereka menonjolkan diri di khalayak umum meliuk-lentokkan tubuh mereka yang disarung dengan baju ketat serta mengenakan solekan yang berlebihan yang bisa menggetarkan jiwa lelaki normal? Hal aurat tidak lagi diambil peduli. Peminat terus memuji artis-artis bertudung dengan pujian yang lebih kurang, "Saya suka awak bertudung. Kekalkan imej bertudung". Begitu mudah hati ummat dibutakan dengan bertudung. Seolah-olah bertudung itu merupakan lesen untuk menyanyi dan menonjolkan diri di khalayak ramai!

Inilah kesan daripada penerapan hukum sekular yang lahir daripada akal manusia semata-mata. Undang-undang dicipta berdasarkan majoriti 2/3 undi di dalam parlimen. Artis juga tidak terkecuali daripada terkena bahana-bahana sekularisme.

Buktinya, tudung yang dipakai oleh para artis walaupun tidak mengikut hukum syarak diislamkan. Mereka telah mengislamkan trend supaya tindakan mereka itu adalah mengikut hukum syarak. Bertudung tapi menyanyi, berpakaian ketat pun, 'tepati syarak' juga, dan ummat tergila-gila untuk mencontohi fesyen tudung itu.
Sedarlah, Nabi Muhammad SAW itulah contoh ikutan terbaik, bukan para artis! Sedarlah, artis-artis itu sedang menyesatkan kita dalam diam. Mahukah kita masuk longkang bersama-sama artis itu?

*****

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [al-Ahzab (33):21]

KISAH NABI KHIDIR a.s.




Salah satu kisah Al-Quran yang sangat mengagumkan dan dipenuhi dengan misteri adalah, kisah seseorang hamba yang Allah s.w.t memberinya rahmat dari sisi-Nya dan mengajarinya ilmu. Kisah tersebut terdapat dalam surah al-Kahfi di mana ayat-ayatnya dimulai dengan cerita Nabi Musa, yaitu:

"Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: 'Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan-jalan sampai bertahun-tahun." (QS. al-Kahfi: 60)

Kalimat yang samar menunjukkan bahawa Musa telah bertekad untuk meneruskan perjalanan selama waktu yang cukup lama kecuali jika beliau mampu mencapai majma' al-Bahrain (pertemuan dua buah lautan). Di sana terdapat suatu perjanjian penting yang dinanti-nanti oleh Musa ketika beliau sampai di majma' al-Bahrain. Anda dapat merenungkan betapa tempat itu sangat misteri dan samar. Para musafir telah merasakan keletihan dalam waktu yang lama untuk mengetahui hakikat tempat ini. Ada yang mengatakan bahawa tempat itu adalah laut Persia dan Romawi. Ada yang mengatakan lagi bahawa itu adalah laut Jordania atau Kulzum. Ada yang mengatakan juga bahawa itu berada di Thanjah. Ada yang berpendapat, itu terletak di Afrika. Ada lagi yang mengatakan bahawa itu adalah laut Andalus. Tetapi mereka tidak dapat menunjukkan bukti yang kuat dari tempat-tempat itu.

Seandainya tempat itu harus disebutkan nescaya Allah s.w.t akan rnenyebutkannya. Namun Al-Quran al-Karim sengaja menyembunyikan tempat itu, sebagaimana Al-Quran tidak menyebutkan kapan itu terjadi. Begitu juga, Al-Quran tidak menyebutkan nama-nama orang-orang yang terdapat dalam kisah itu kerana adanya hikmah yang tinggi yang kita tidak mengetahuinya. Kisah tersebut berhubungan dengan suatu ilmu yang tidak kita miliki, kerana biasanya ilmu yang kita kuasai berkaitan dengan sebab-sebab tertentu. Dan tidak juga ia berkaitan dengan ilmu para nabi kerana biasanya ilmu para nabi berdasarkan wahyu. Kita sekarang berhadapan dengan suatu ilmu dari suatu hakikat yang samar; ilmu yang berkaitan dengan takdir yang sangat tinggi; ilmu yang dipenuhi dengan rangkaian tabir yang tebal.

Di samping itu, tempat pertemuan dan waktunya antara hamba yang mulia ini dan Musa juga tidak kita ketahui. Demikianlah kisah itu terjadi tanpa memberitahumu kapan terjadi dan di tempat mana. Al-Quran sengaja menyembunyikan hal itu, bahkan Al-Quran sengaja menyembunyikan pahlawan dari kisah ini. Allah s.w.t mengisyaratkan hal tersebut dalam firman-Nya:

"Seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami." (QS. al-Kahfi: 65)

Al-Quran al-Karim tidak menyebutkan siapa nama hamba yang dimaksud, yaitu seorang hamba yang dicari oleh Musa agar ia dapat belajar darinya. Nabi Musa adalah seseorang yang diajak berbicara langsung oleh Allah s.w.t dan ia salah seorang ulul azmi dari para rasul. Beliau adalah pemilik mukjizat tongkat dan tangan yang bercahaya dan seorang Nabi yang Taurat diturunkan kepadanya tanpa melalui perantara. Namun dalam kisah ini, beliau menjadi seorang pencari ilmu yang sederhana yang harus belajar kepada gurunya dan menahan penderitaan di tengah-tengah belajarnya itu. Lalu, siapakah gurunya atau pengajarnya? Pengajarnya adalah seorang hamba yang tidak disebutkan namanya dalam Al-Quran meskipun dalam hadis yang suci disebutkan bahawa ia adalah Khidir as.

Musa berjalan bersama hamba yang menerima ilmunya dari Allah s.w.t tanpa sebab-sebab penerimaan ilmu yang biasa kita ketahui. Mula-mula Khidir menolak ditemani oleh Musa. Khidir memberitahu Musa bahawa ia tidak akan mampu bersabar bersamanya. Akhirnya, Khidir mahu ditemani oleh Musa tapi dengan syarat, hendaklah ia tidak bertanya tentang apa yang dilakukan Khidir sehingga Khidir menceritakan kepadanya. Khidir merupakan simbol ketenangan dan diam; ia tidak berbicara dan gerak- gerinya menimbulkan kegelisahan dan kebingungan dalam diri Musa. Sebahagian tindakan yang dilakukan oleh Khidir jelas-jelas dianggap sebagai kejahatan di mata Musa; sebahagian tindakan Khidir yang lain dianggap Musa sebagai hal yang tidak memiliki erti apa pun; dan tindakan yang lain justru membuat Musa bingung dan membuatnya menentang. Meskipun Musa memiliki ilmu yang tinggi dan kedudukan yang luar biasa namun beliau mendapati dirinya dalam keadaan kebingungan melihat perilaku hamba yang mendapatkan kurnia ilmunya dari sisi Allah s.w.t.

Ilmu Musa yang berlandaskan syariat menjadi bingung ketika menghadapi ilmu hamba ini yang berlandaskan hakikat. Syariat merupakan bahagian dari hakikat. Terkadang hakikat menjadi hal yang sangat samar sehingga para nabi pun sulit memahaminya. Awan tebal yang menyelimuti kisah ini dalam Al-Quran telah menurunkan hujan lebat yang darinya mazhab- mazhab sufi di dalam Islam menjadi segar dan tumbuh. Bahkan terdapat keyakinan yang menyatakan adanya hamba-hamba Allah s.w.t yang bukan termasuk nabi dan syuhada namun para nabi dan para syuhada "cemburu" dengan ilmu mereka. Keyakinan demikian ini timbul kerana pengaruh kisah ini.

Para ulama berbeza pendapat berkenaan dengan Khidir. Sebahagian mereka mengatakan bahawa ia seorang wali dari wali-wali Allah s.w.t. Sebahagian lagi mengatakan bahawa ia seorang nabi. Terdapat banyak cerita bohong tentang kehidupan Khidir dan bagaimana keadaannya. Ada yang mengatakan bahawa ia akan hidup sampai hari kiamat. Yang jelas, kisah Khidir tidak dapat dijabarkan melalui nas-nas atau hadis-hadis yang dapat dipegang (otentik). Tetapi kami sendiri berpendapat bahawa beliau meninggal sebagaimana meninggalnya hamba-hamba Allah s.w.t yang lain. Sekarang, kita tinggal membahas kewaliannya dan kenabiannya. Tentu termasuk masalah yang sangat rumit atau membingungkan. Kami akan menyampaikan kisahnya dari awal sebagaimana yang dikemukakan dalam Al-Quran.

Nabi Musa as berbicara di tengah-tengah Bani Israil. Ia mengajak mereka untuk menyembah Allah s.w.t dan menceritakan kepada mereka tentang kebenaran. Pembicaraan Nabi Musa sangat komprehensif dan tepat. Setelah beliau menyampaikan pembicaraannya, salah seorang Bani Israil bertanya: "Apakah ada di muka bumi seseorang yang lebih alim darimu wahai Nabi Allah?" Dengan nada emosi, Musa menjawab: "Tidak ada."

Allah s.w.t tidak setuju dengan jawapan Musa. Lalu Allah s.w.t mengutus Jibril untuk bertanya kepadanya: "Wahai Musa, tidakkah engkau mengetahui di mana Allah s.w.t meletakkan ilmu-Nya?" Musa mengetahui bahawa ia terburu-buru mengambil suatu keputusan. Jibril kembali berkata kepadanya: "Sesungguhnya Allah s.w.t mempunyai seorang hamba yang berada di majma' al-Bahrain yang ia lebih alim daripada kamu." Jiwa Nabi Musa yang mulia rindu untuk menambah ilmu, lalu timbullah keinginan dalam dirinya untuk pergi dan menemui hamba yang alim ini. Musa bertanya bagaimana ia dapat menemui orang alim itu. Kemudian ia mendapatkan perintah untuk pergi dan membawa ikan di keranjang. Ketika ikan itu hidup dan melompat ke lautan maka di tempat itulah Musa akan menemui hamba yang alim.

Akhirnya, Musa pergi guna mencari ilmu dan beliau ditemani oleh seorang pembantunya yang masih muda. Pemuda itu membawa ikan di keranjang. Kemudian mereka berdua pergi untuk mencari hamba yang alim dan soleh. Tempat yang mereka cari adalah tempat yang sangat samar dan masalah ini berkaitan dengan hidupnya ikan di keranjang dan kemudian ikan itu akan melompat ke laut. Namun Musa berkeinginan kuat untuk menemukan hamba yang alim ini walaupun beliau harus berjalan sangat jauh dan menempuh waktu yang lama.

Musa berkata kepada pembantunya: "Aku tidak memberimu tugas apa pun kecuali engkau memberitahuku di mana ikan itu akan berpisah denganmu." Pemuda atau pembantunya berkata: "Sungguh engkau hanya memberi aku tugas yang tidak terlalu berat." Kedua orang itu sampai di suatu batu di sisi laut. Musa tidak kuat lagi menahan rasa kantuk sedangkan pembantunya masih bergadang. Angin bergerak ke tepi lautan sehingga ikan itu bergerak dan hidup lalu melompat ke laut. Melompatnya ikan itu ke laut sebagai tanda yang diberitahukan Allah s.w.t kepada Musa tentang tempat pertemuannya dengan seseorang yang bijaksana yang mana Musa datang untuk belajar kepadanya. Musa bangkit dari tidurnya dan tidak mengetahui bahawa ikan yang dibawanya telah melompat ke laut sedangkan pembantunya lupa untuk menceritakan peristiwa yang terjadi. Lalu Musa bersama pemuda itu melanjutkan perjalanan dan mereka lupa terhadap ikan yang dibawanya. Kemudian Musa ingat pada makanannya dan ia telah merasakan keletihan. Ia berkata kepada pembantunya: "Cuba bawalah kepada kami makanan siang kami, sungguh kami telah merasakan keletihan akibat dari perjalanan ini."

Pembantunya mulai ingat tentang apa yang terjadi. Ia pun mengingat bagaimana ikan itu melompat ke lautan. Ia segera menceritakan hal itu kepada Nabi Musa. Ia meminta maaf kepada Nabi Musa kerana lupa menceritakan hal itu. Setan telah melupakannya. Keanehan apa pun yang menyertai peristiwa itu, yang jelas ikan itu memang benar-benar berjalan dan bergerak di lautan dengan suatu cara yang mengagumkan. Nabi Musa merasa gembira melihat ikan itu hidup kembali di lautan dan ia berkata: "Demikianlah yang kita inginkan." Melompatnya ikan itu ke lautan adalah sebagai tanda bahawa di tempat itulah mereka akan bertemu dengan seseorang lelaki yang alim. Nabi Musa dan pembantunya kembali dan menyelusuri tempat yang dilaluinya sampai ke tempat yang di situ ikan yang dibawanya bergerak dan menuju ke lautan.

Perhatikanlah permulaan kisah: bagaimana Anda berhadapan dengan suatu kesamaran dan tabir yang tebal di mana ketika Anda menjumpai suatu tabir di depan Anda terpampang maka sebelum tabir itu tersingkap Anda harus berhadapan dengan tabir-tabir yang lain. Akhirnya, Musa sampai di tempat di mana ikan itu melompat. Mereka berdua sampai di batu di mana keduanya tidur di dekat situ, lalu ikan yang mereka bawa keluar menuju laut. Di sanalah mereka mendapatkan seorang lelaki. Kami tidak mengetahui namanya, dan bagaimana bentuknya, dan bagaimana bajunya; kami pun tidak mengetahui usianya. Yang kita ketahui hanyalah gambaran dalam yang dijelaskan oleh Al-Quran: "Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahrnat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. "

Inilah aspek yang penting dalam kisah itu. Kisah itu terfokus pada sesuatu yang ada di dalam jiwa, bukan tertuju pada hal-hal yang bersifat fizik atau lahiriah. Allah s.w.t berfirman:

"Maka tatkala mereka berjalan sampai ke pertemuan dua buah laut itu, maka mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. Tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: 'Bawalah ke mari makanan kita; sesungguhnya kita merasa letih kerana perjalanan kita ini.' Muridnya menjawab: 'Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.' Musa berkata: 'Itulah (tempat) yang kita cari; lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. " (QS. al-Kahfi: 61-65)

Bukhari mengatakan bahawa Musa dan pembantunya menemukan Khidir di atas sejadah hijau di tengah-tengah lautan. Ketika Musa melihatnya, ia menyampaikan salam kepadanya. Khidir berkata: "Apakah di bumimu ada salam? Siapa kamu?" Musa menjawab: "Aku adalah Musa." Khidir berkata: "Bukankah engkau Musa dari Bani Israil. Bagimu salam wahai Nabi dari Bani Israil." Musa berkata: "Dari mana kamu mengenal saya?" Khidir menjawab: "Sesungguhnya yang mengenalkan kamu kepadaku adalah juga yang memberitahu aku siapa kamu. Lalu, apa yang engkau inginkan wahai Musa?" Musa berkata dengan penuh kelembutan dan kesopanan: "Apakah aku dapat mengikutimu agar engkau dapat mengajariku sesuatu yang engkau telah memperoleh kurnia dari-Nya." Khidir berkata: "Tidakkah cukup di tanganmu Taurat dan bukankah engkau telah mendapatkan wahyu. Sungguh wahai Musa, jika engkau ingin mengikutiku engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku."

Kita ingin memperhatikan sejenak perbezaan antara pertanyaan Musa yang penuh dengan kesopanan dan kelembutan dan jawapan Khidir yang tegas di mana ia memberitahu Musa bahawa ilmunya tidak harus diketahui oleh Musa, sebagaimana ilmu Musa tidak diketahui oleh Khidir. Para ahli tafsir mengemukakan bahawa Khidir berkata kepada Musa: "Ilmuku tidak akan engkau ketahui dan engkau tidak akan mampu sabar untuk menanggung derita dalam memperoleh ilmu itu. Aspek-aspek lahiriah yang engkau kuasai tidak dapat menjadi landasan dan ukuran untuk menilai ilmuku. Barangkali engkau akan melihat dalam tindakan- tindakanku yang tidak engkau fahami sebab-sebabnya. Oleh kerana itu, wahai Musa, engkau tidak akan mampu bersabar ketika ingin mendapatkan ilmuku." Musa mendapatkan suatu pernyataan yang tegas dari Khidir namun beliau kembali mengharapnya untuk mengizinkannya menyertainya untuk belajar darinya. Musa berkata kepadanya bahawa insya-Allah ia akan mendapatinya sebagai orang yang sabar dan tidak akan menentang sedikit pun.

Perhatikanlah bagaimana Musa, seorang Nabi yang berdialog dengan Allah s.w.t, merendah di hadapan hamba ini dan ia menegaskan bahawa ia tidak akan menentang perintahnya. Hamba Allah s.w.t yang namanya tidak disebutkan dalam Al-Quran menyatakan bahawa di sana terdapat syarat yang harus dipenuhi Musa jika ia bersikeras ingin menyertainya dan belajar darinya. Musa bertanya tentang syarat ini, lalu hamba yang soleh ini menentukan agar Musa tidak bertanya sesuatu pun sehingga pada saatnya nanti ia akan mengetahuinya atau hamba yang soleh itu akan memberitahunya. Musa sepakat atas syarat tersebut dan kemudian mereka pun pergi. Perhatikanlah firman Allah s.w.t dalam surah al-Kahfi:

"Musa berkata kepadanya: 'Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu ?' Dia menjawab: 'Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?' Musa berkata: 'Insya-Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun.' Dia berkata: 'Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu.'" (QS. al-Kahfi: 66-70)

Musa pergi bersama Khidir. Mereka berjalan di tepi laut. Kemudian terdapat perahu yang berlayar lalu mereka berbicara dengan orang-orang yang ada di sana agar mahu mengangkut mereka. Para pemilik perahu mengenal Khidir. Lalu mereka pun membawanya berserta Musa, tanpa meminta upah sedikit pun kepadanya. Ini sebagai bentuk penghormatan kepada Khidir. Namun Musa dibuat terkejut ketika perahu itu berlabuh dan ditinggalkan oleh para pemiliknya, Khidir melubangi perahu itu. Ia mencabut papan demi papan dari perahu itu, lalu ia melemparkannya ke laut sehingga papan-papan itu dibawa ombak ke tempat yang jauh.

Musa menyertai Khidir dan melihat tindakannya dan kemudian ia berfikir. Musa berkata kepada dirinya sendiri: "Apa yang aku lakukan di sini, mengapa aku berada di tempat ini dan menemani laki-laki ini? Mengapa aku tidak tinggal bersama Bani Israil dan membacakan Kitab Allah s.w.t sehingga mereka taat kepadaku? Sungguh Para pemilik perahu ini telah mengangkut kami tanpa meminta upah. Mereka pun memuliakan kami tetapi guruku justru merosak perahu itu dan melubanginya." Tindakan Khidir di mata Musa adalah tindakan yang tercela. Kemudian bangkitlah emosi Musa sebagai bentuk kecemburuannya kepada kebenaran. Ia terdorong untuk bertanya kepada gurunya dan ia lupa tentang syarat yang telah diajukannya, agar ia tidak bertanya apa pun yang terjadi. Musa berkata: "Apakah engkau melubanginya agar para penumpangnya tenggelam? Sungguh engkau telah melakukan sesuatu yang tercela." Mendengar pertanyaan lugas Musa, hamba Allah s.w.t itu menoleh kepadanya dan menunjukkan bahawa usaha Musa untuk belajar darinya menjadi sia-sia kerana Musa tidak mampu lagi bersabar. Musa meminta maaf kepada Khidir kerana ia lupa dan mengharap kepadanya agar tidak menghukumnya.

Kemudian mereka berdua berjalan melewati suatu kebun yang dijadikan tempat bermain oleh anak-anak kecil. Ketika anak-anak kecil itu sudah letih bermain, salah seorang mereka tampak bersandar di suatu pohon dan rasa kantuk telah menguasainya. Tiba-tiba, Musa dibuat terkejut ketika melihat hamba Allah s.w.t ini membunuh anak kecil itu. Musa dengan lantang bertanya kepadanya tentang kejahatan yang baru saja dilakukannya, yaitu membunuh anak laki-laki yang tidak berdosa. Hamba Allah s.w.t itu kembali mengingatkan Musa bahawa ia tidak akan mampu bersabar bersamanya. Musa meminta maaf kepadanya kerana lagi-lagi ia lupa. Musa berjanji tidak akan bertanya lagi. Musa berkata ini adalah kesempatan terakhirku untuk menemanimu. Mereka pun pergi dan meneruskan perjalanan. Mereka memasuki suatu desa yang sangat bakhil. Musa tidak mengetahui mengapa mereka berdua pergi ke desa itu dan mengapa tinggal dan bermalam di sana. Makanan yang mereka bawa habis, lalu mereka meminta makanan kepada penduduk desa itu, tetapi penduduk itu tidak mahu memberi dan tidak mahu menjamu mereka.

Kemudian datanglah waktu petang. Kedua orang itu ingin beristirahat di sebelah dinding yang hampir roboh. Musa dibuat terkejut ketika melihat hamba itu berusaha membangun dinding yang nyaris roboh itu. Bahkan ia menghabiskan waktu malam untuk memperbaiki dinding itu dan membangunnya seperti baru. Musa sangat hairan melihat tindakan gurunya. Bagi Musa, desa yang bakhil itu seharusnya tidak layak untuk mendapatkan pekerjaan yang gratis ini. Musa berkata: "Seandainya engkau mau, engkau bisa mendapat upah atas pembangunan tembok itu." Mendengar perkataan Musa itu, hamba Allah s.w.t itu berkata kepadanya: "Ini adalah batas perpisahan antara dirimu dan diriku." Hamba Allah s.w.t itu mengingatkan Musa tentang pertanyaan yang seharusnya tidak dilontarkan dan ia mengingatkannya bahawa pertanyaan yang ketiga adalah akhir dari pertemuan.

Kemudian hamba Allah s.w.t itu menceritakan kepada Musa dan membongkar kesamaran dan kebingungan yang dihadapi Musa. Setiap tindakan hamba yang soleh itu—yang membuat Musa bingung—bukanlah hasil dari rekayasanya atau dari inisiatif sendiri, ia hanya sekadar menjadi jambatan yang digerakkan oleh kehendak Yang Maha Tingi di mana kehendak yang tinggi ini menyiratkan suatu hikmah yang tersembunyi. Tindakan-tindakan yang secara lahiriah tampak keras namun pada hakikatnya justru menyembunyikan rahmat dan kasih sayang. Demikianlah bahawa aspek lahiriah bertentangan dengan aspek batiniah. Hal inilah yang tidak diketahui oleh Musa. Meskipun Musa memiliki ilmu yang sangat luas tetapi ilmunya tidak sebanding dengan hamba ini. Ilmu Musa laksana setitis air dibandingkan dengan ilmu hamba itu, sedangkan hamba Allah s.w.t itu hanya memperoleh ilmu dari Allah s.w.t sedikit, sebesar air yang terdapat pada paruh burung yang mengambil dari lautan. Allah s.w.t berfirman:

"Maka berjalanlah heduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidir melubanginya. Musa berkata: 'Mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.' Dia (Khidir) berkata: 'Bukankah aku telah berkata: 'Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku.' Musa berkata: 'Janganlah kamu menghukum aku kerana kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku.' Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidir membunuhnya. Musa berkata: 'Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih itu, bukan kerana dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar.' Khidir berkata: 'Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahawa sesungguhnya kamu tidak akan sabar bersamaku?' Musa berkata: 'Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah engkau memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur kepadaku.' Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidir menegakkan dinding itu. Musa berkata: 'Jikalau kamu mau, nescaya kamu mengambil upah untuk itu.' Khidir berkata: 'Inilah perpisahan antara aku dengan kamu. Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merosakkan bahtera itu, kerana di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin dan kami khawatir bahawa dia akan mendorong orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam dari kasih sayangnya (kepada ibu dan bapaknya). Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya seseorang yang soleh, maka Tuhanmu menghendaki supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemahuanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.'" (QS. al-Kahfi: 71-82)

Hamba soleh itu menyingkapkan dua hal pada Musa: ia memberitahunya bahawa ilmunya, yakni ilmu Musa sangat terbatas, kemudian ia memberitahunya bahawa banyak dari musibah yang terjadi di bumi justru di balik itu terdapat rahmat yang besar. Pemilik perahu itu akan menganggap bahawa usaha melubangi perahu mereka merupakan suatu bencana bagi mereka tetapi sebenarnya di balik itu terdapat kenikmatan, yaitu kenikmatan yang tidak dapat diketahui kecuali setelah terjadinya peperangan di mana raja akan memerintahkan untuk merampas perahu- perahu yang ada. Lalu raja itu akan membiarkan perahu-perahu yang rosak. Dengan demikian, sumber rezeki keluarga-keluarga mereka akan tetap terjaga dan mereka tidak akan mati kelaparan. Demikian juga orang tua anak kecil yang terbunuh itu akan menganggap bahawa terbunuhnya anak kecil itu sebagai musibah, namun kematiannya justru membawa rahmat yang besar bagi mereka kerana Allah s.w.t akan memberi mereka—sebagai ganti darinya—anak yang baik yang dapat menjaga mereka dan melindungi mereka pada saat mereka menginjak masa tua dan mereka tidak akan menampakkan kelaliman dan kekufuran seperti anak yang terbunuh. Demikianlah bahawa nikmat terkadang membawa sesuatu bencana dan sebaliknya, suatu bencana terkadang membawa nikmat. Banyak hal yang lahirnya baik ternyata justru di balik itu terdapat keburukan.

Mula-mula Nabi Allah s.w.t Musa menentang dan mempersoalkan tindakan hamba Allah s.w.t tersebut, kemudian ia menjadi mengerti ketika hamba Allah s.w.t itu menyingkapkan kepadanya maksud dari tindakannya dan rahmat Allah s.w.t yang besar yang tersembunyi dari peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Selanjutnya, Musa kembali menemui pembantunya dan menemaninya untuk kembali ke Bani Israil. Sekarang, Musa mendapatkan keyakinan yang luar biasa. Musa telah belajar dari mereka dua hal: yaitu ia tidak merasa bangga dengan ilmunya dalam syariat kerana di sana terdapat ilmu hakikat, dan ia tidak mempersoalkan musibah-musibah yang dialami oleh manusia kerana di balik itu terdapat rahmat Allah s.w.t yang tersembunyi yang berupa kelembutan-Nya dan kasih sayang-Nya. Itulah pelajaran yang diperoleh Nabi Musa as dari hamba ini. Nabi Musa mengetahui bahawa ia berhadapan dengan lautan ilmu yang baru di mana ia bukanlah lautan syariat yang diminum oleh para nabi. Kita berhadapan dengan lautan hakikat, di hadapan ilmu takdir yang tertinggi; ilmu yang tidak dapat kita jangkau dengan akal kita sebagai manusia biasa atau dapat kita cerna dengan logik biasa. Ini bukanlah ilmu eksperimental yang kita ketahui atau yang biasa terjadi di atas bumi, dan ia pun bukan ilmu para nabi yang Allah s.w.t wahyukan kepada mereka.

Kita sekarang sedang membahas ilmu yang baru. Lalu siapakah pemilik ilmu ini? Apakah ia seorang wali atau seorang nabi? Majoriti kaum sufi berpendapat bahawa hamba Allah s.w.t ini dari wali-wali Allah s.w.t. Allah s.w.t telah memberinya sebahagian ilmu laduni kepadanya tanpa sebab-sebab tertentu. Sebahagian ulama berpendapat bahawa hamba soleh ini adalah seorang nabi. Untuk mendukung penyataannya ulama- ulama tersebut menyampaikan beberapa argumentasi melalui ayat Al- Quran yang menunjukkan kenabiannya.

Pertama, firman-Nya:

"Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-ham- ba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami."

Kedua, perkataan Musa kepadanya:

"Musa berkata kepadanya: 'Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?' Dia menjawab: 'Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu ?' Musa berkata: 'lnsya-Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun.' Dia berkata: 'Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu,'" (QS. al-Kahfi: 66-70)

Seandainya ia seorang wali dan bukan seorang nabi maka Musa tidak akan berdialog atau berbicara dengannya dengan cara yang demikian dan ia tidak akan menjawab kepada Musa dengan jawapan yang demikian. Bila ia bukan seorang nabi maka bererti ia tidak maksum sehingga Musa tidak harus memperoleh ilmu dari seseorang wali yang tidak maksum.

Ketiga, Khidir menunjukkan keberaniannya untuk membunuh anak kecil itu melalui wahyu dari Allah s.w.t dan perintah dari-Nya. Ini adalah dalil tersendiri yang menunjukkan kenabiannya dan bukti kuat yang menunjukkan kemaksumannya. Sebab, seorang wali tidak boleh membunuh jiwa yang tidak berdosa dengan hanya berdasarkan kepada keyakinannya dan hatinya. Boleh jadi apa yang terlintas dalam hatinya tidak selalu maksum kerana terkadang ia membuat kesalahan. Jadi, keberanian Khidir untuk membunuh anak kecil itu sebagai bukti kenabiannya.

Keempat, perkataan Khidir kepada Musa:

"Sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemahuanku sendiri. " (QS. al-Kahfi: 82)

Yakni, apa yang aku lakukan bukan dari doronganku sendiri namun ia merupakan perintah dari Allah s.w.t dan wahyu dari-Nya. Demikianlah pendapat para ulama dan para ahli zuhud. Para ulama berpendapat bahawa Khidir adalah seorang Nabi sedangkan para ahli zuhud dan para tokoh sufi berpendapat bahawa Khidir adalah seorang wali dari wali-wali Allah s.w.t.

Salah satu pernyataan Khidir yang sering dikemukakan oleh tokoh sufi adalah perkataan Wahab bin Munabeh, Khidir berkata: "Wahai Musa, manusia akan diseksa di dunia sesuai dengan kadar kecintaan mereka atau kecenderungan mereka terhadapnya (dunia)." Sedangkan Bisyir bin Harits al-Hafi berkata: "Musa berkata kepada Khidir: "Berilah aku nasihat." Khidir menjawab: "Mudah-mudahan Allah s.w.t memudahkan kamu untuk taat kepada-Nya." Para ulama dan para ahli zuhud berselisih pendapat tentang Khidir dan setiap mereka mengklaim kebenaran pendapatnya. Perbezaan pendapat ini berhujung pangkal kepada anggapan para ulama bahawa mereka adalah sebagai pewaris para nabi, sedangkan kaum sufi menganggap diri mereka sebagai ahli hakikat yang mana salah satu tokoh terkemuka dari ahli hakikat itu adalah Khidir. Kami sendiri cenderung untuk menganggap Khidir sebagai seorang nabi kerana beliau menerima ilmu laduni. Yang jelas, kita tidak mendapati nas yang jelas dalam konteks Al-Quran yang menunjukkan kenabiannya dan kita juga tidak menemukan nas yang gamblang yang dapat kita jadikan sandaran untuk menganggapnya sebagai seorang wali yang diberi oleh Allah s.w.t sebahagian ilmu laduni.

Barangkali kesamaran seputar peribadi yang mulia ini memang disengaja agar orang yang mengikuti kisah tersebut mendapatkan tujuan utama dari inti cerita. Hendaklah kita berada di batas yang benar dan tidak terlalu jauh mempersoalkan kenabiannya atau kewaliannya. Yang jelas, ketika kami memasukkannya dalam jajaran para nabi kerana ia adalah seorang guru dari Musa dan seorang ustaz baginya untuk beberapa waktu.

ALAM MAHSYAR


ALAM MAHSYAR
1. Selepas Malaikat Israfil meniup sangkakala (bentuknya seperti tanduk besar) yang memekakkan telinga, seluruh makhluk mati kecuali Izrail & beberapa malaikat yg lain. Selepas itu, Izrail pun mencabut nyawa malaikat yg tinggal dan akhirnya nyawanya sendiri. 

2. Selepas semua makhluk mati, Tuhan pun berfirman mafhumnya "Kepunyaan siapakah kerajaan hari ini?" Tiada siapa yang menjawab. Lalu Dia sendiri menjawab dengan keagunganNya "Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa". Ini menunjukkan kebesaran & keagunganNya sebagai Tuhan yg Maha Kuasa lagi Maha Kekal Hidup, tidak mati. 

3. Selepas 40 tahun, Malaikat Israfil a.s. dihidupkan, seterusnya meniup sangkakala untuk kali ke-2, lantas seluruh makhluk hidup semula di atas bumi putih, berupa padang Mahsyar (umpama padang Arafah) yang rata tidak berbukit atau bulat seperti bumi. 

4. Sekelian manusia hidup melalui benih anak Adam yg disebut "Ajbuz Zanbi" yang berada di hujung tulang belakang mereka. Hiduplah manusia umpama anak pokok yg kembang membesar dari biji benih. 

5. Semua manusia dan jin dibangkitkan dalam keadaan telanjang dan hina. Mereka tidak rasa malu kerana pada ketika itu hati mereka sangat takut dan bimbang tentang nasib & masa depan yang akan mereka hadapi kelak. 

6. Lalu datanglah api yang berterbangan dengan bunyi seperti guruh yang menghalau manusia, jin dan binatang ke tempat perhimpunan besar. Bergeraklah mereka menggunakan tunggangan (bagi yang banyak amal), berjalan kaki (bagi yang kurang amalan) dan berjalan dengan muka (bagi yang banyak dosa). Ketika itu, ibu akan lupakan anak, suami akan lupakan isteri, setiap manusia sibuk memikirkan nasib mereka. 

7. Setelah semua makhluk dikumpulkan, matahari dan bulan dihapuskan cahayanya, lalu mereka tinggal dalam kegelapan tanpa cahaya. Berlakulah huru-hara yang amat dahsyat. 

8. Tiba-tiba langit yang tebal pecah dengan bunyi yang dahsyat, lalu turunlah malaikat sambil bertasbih kepada Allah Ta'ala. Seluruh makhluk terkejut melihat saiz malaikat yang besar dan suaranya yang menakutkan. 

9. Kemudian matahari muncul semula dengan kepanasan yang berganda. Hingga dirasakan seakan-akan matahari berada sejengkal dari atas kepala mereka. Ulama berkata jika matahari naik di bumi seperti keadaannya naik dihari Kiamat nescaya seluruh bumi terbakar, bukit-bukau hancur dan sungai menjadi kering. Lalu mereka rasai kepanasan dan bermandikan peluh sehingga peluh mereka menjadi lautan. Timbul atau tenggelam mereka bergantung pada amalan masing-masing. Keadaan mereka berlanjutan sehingga 1000 tahun. 

10. Terdapat satu kolam kepunyaan Nabi Muhammad s.a.w. bernama Al-Kausar yang mengandungi air yang hanya dapat diminum oleh orang mukmin sahaja. Orang bukan mukmin akan dihalau oleh malaikat yang menjaganya. Jika diminum airnya tidak akan haus selama-lamanya. Kolam ini berbentuk segi empat tepat sebesar satu bulan perjalanan. Bau air kolam ini lebih harum dari kasturi, warnanya lebih putih dari susu dan rasanya lebih sejuk dari embun. Ia mempunyai saluran yang mengalir dari syurga.  

11. Semua makhluk berada bawah cahaya matahari yang terik kecuali 7 golongan yang mendapat teduhan dari Arasy. Mereka ialah: 
1. Pemimpin yang adil.
2. Orang muda yang taat kepada perintah Allah.
3. Lelaki yang terikat hatinya dgn masjid.
4. Dua orang yang bertemu kerana Allah dan berpisah kerana Allah.
5. Lelaki yang diajak oleh wanita berzina, tetapi dia menolak dengan berkata "Aku takut pada Allah".
6. Lelaki yg bersedekah dengan bersembunyi (tidak diketahui orang ramai).
7. Lelaki yang suka bersendirian mengingati Allah lalu mengalir air matanya kerana takutkan Allah. 

12. Oleh kerana tersangat lama menunggu di padang mahsyar, semua manusia tidak tahu berbuat apa melainkan mereka yang beriman, kemudian mereka terdengar suara "pergilah berjumpa dengan para Nabi". Maka mereka pun pergi mencari para Nabi. Pertama sekali kumpulan manusia ini berjumpa dengan Nabi Adam tetapi usaha mereka gagal kerana Nabi Adam a.s menyatakan beliau juga ada melakukan kesalahan dengan Allah Ta'ala. Maka kumpulan besar itu kemudiannya berjumpa Nabi Nuh a.s., Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s. (semuanya memberikan sebab seperti Nabi Adam a.s.) dan akhirnya mereka berjumpa Rasullullah saw. Jarak masa antara satu nabi dengan yang lain adalah 1000 tahun perjalanan. 

13. Lalu berdoalah baginda Nabi Muhammad s.a.w. ke hadrat Allah Ta'ala. Lalu diperkenankan doa baginda. 

14. Selepas itu, terdengar bunyi pukulan gendang yang kuat hingga menakutkan hati semua makhluk kerana mereka sangka azab akan turun. Lalu terbelah langit, turunlah arasy Tuhan yang dipikul oleh 8 orang malaikat yang sangat besar (besarnya sejarak perjalanan 20ribu tahun) sambil bertasbih dengan suara yang amat kuat sehingga 'Arasy itu tiba dibumi. 

15. 'Arasy ialah jisim nurani yang amat besar berbentuk kubah (bumbung bulat) yang mempunyai 4 batang tiang yang sentiasa dipikul oleh 4 orang malaikat yang besar dan gagah. Dalam bahasa mudah ia seumpama istana yang mempunyai seribu bilik yang menempatkan jutaan malaikat di dalamnya. Ia dilingkungi embun yang menghijab cahayanya yang sangat kuat. 
16. Kursi iaitu jisim nurani yang terletak di hadapan Arasy yang dipikul oleh 4 orang malaikat yang sangat besar. Saiz kursi lebih kecil dari �Arasy umpama cincin ditengah padang . Dalam bahasa mudah ia umpama singgahsana yang terletak dihadapan istana. 

17. Seluruh makhluk pun menundukkan kepala kerana takut. Lalu dimulakan timbangan amal. Ketika itu berterbanganlah kitab amalan masing-masing turun dari bawah Arasy menuju ke leher pemiliknya tanpa silap dan tergantunglah ia sehingga mereka dipanggil untuk dihisab. Kitab amalan ini telah ditulis oleh malaikat Hafazhah / Raqib & 'Atid / Kiraman Katibin. 

18. Manusia beratur dalam saf mengikut Nabi dan pemimpin masing-masing. Orang kafir & munafik beratur bersama pemimpin mereka yang zalim. Setiap pengikut ada tanda mereka tersendiri untuk dibezakan. 

19. Umat yang pertama kali dihisab adalah umat Nabi Muhammad s.a.w., dan amalan yang pertama kali dihisab adalah solat. Sedangkan hukum yang pertama kali diputuskan adalah perkara pertumpahan darah. 

20. Apabila tiba giliran seseorang hendak dihisab amalannya, malaikat akan mencabut kitab mereka lalu diserahkan, lalu pemiliknya mengambil dengan tangan kanan bagi orang mukmin dan dengan tangan kiri jika orang bukan mukmin. 

21. Semua makhluk akan dihisab amalan mereka menggunakan satu Neraca Timbangan. Saiznya amat besar, mempunyai satu tiang yang mempunyai lidah dan 2 daun. Daun yang bercahaya untuk menimbang pahala dan yang gelap untuk menimbang dosa. 

22. Acara ini disaksikan oleh Nabi Muhammad s.a.w. dan para imam 4 mazhab untuk menyaksikan pengikut masing-masing dihisab. 

23. Perkara pertama yang diminta ialah Islam. Jika dia bukan Islam, maka seluruh amalan baiknya tidak ditimbang bahkan amalan buruk tetap akan ditimbang. 

24. Ketika dihisab, mulut manusia akan dipateri, tangan akan berkata-kata, kaki akan menjadi saksi. Tiada dolak-dalih dan hujah tipuan. Semua akan di adili oleh Allah Ta'ala dengan Maha Bijaksana. 

25. Setelah amalan ditimbang, mahkamah Mahsyar dibuka kepada orang ramai untuk menuntut hak masing-masing dari makhluk yang sedang dibicara sehinggalah seluruh makhluk berpuas hati dan dibenarkannya menyeberangi titian sirat. 

26. Syafaat Nabi Muhammad s.a.w. di akhirat :
a. Meringankan penderitaan makhluk di Padang Mahsyar dengan mempercepatkan hisab.
b. Memasukkan manusia ke dalam syurga tanpa hisab.
c. Mengeluarkan manusia yang mempunyai iman sebesar zarah dari neraka. Semua syafaat ini tertakluk kepada keizinan Allah Ta'ala.

27. Para nabi dan rasul serta golongan khawas juga diberikan izin oleh Tuhan untuk memberi syafaat kepada para pengikut mereka. Mereka ini berjumlah 70 000. Setiap seorang dari mereka akan mensyafaatkan 70 000 orang yang lain. 

28. Setelah berjaya dihisab, manusia akan mula berjalan menuju syurga melintasi jambatan sirat. Siratul Mustaqim ialah jambatan (titian) yang terbentang dibawahnya neraka. Lebar jambatan ini adalah seperti sehelai rambut yang dibelah tujuh dan ia lebih tajam dari mata pedang. Bagi orang mukmin ia akan dilebarkan dan dimudahkan menyeberanginya. 

29. Fudhail bin Iyadh berkata perjalanan di Sirat memakan masa 15000 tahun. 5000 tahun menaik, 5000 tahun mendatar dan 5000 tahun menurun. Ada makhluk yang melintasinya seperti kilat, seperti angin, menunggang binatang korban dan berjalan kaki. Ada yang tidak dapat melepasinya disebabkan api neraka sentiasa menarik kaki mereka, lalu mereka jatuh ke dalamnya. 

30. Para malaikat berdiri di kanan dan kiri sirat mengawasi setiap makhluk yang lalu. Setiap 1000 orang yang meniti sirat, hanya seorang sahaja yang Berjaya melepasinya. 999 orang akan terjatuh ke dalam neraka. 

Rujukan: Kitab Aqidatun Najin karangan Syeikh Zainal Abidin Muhammad Al-Fathani. Pustaka Nasional Singapura 2004

Wallahua'lam

kisah nabi idris a.s


Nabi Idris a.s. ialah salah seorang rasul dan nabi yang diturunkan oleh Allah s.w.t. untuk membimbing manusia ke jalan yang benar. Nabi Idris merupakan rasul kedua daripada 25 rasul yang wajid diketahui oleh umat Islam

Tidak banyak keterangan yang didapati tentang kisah Nabi Idris di dalam Al-Quran mahupun dalam kitab-kitab Tafsir dan kitab-kitab sejarah nabi-nabi.Di dalam Al-Quran hanya terdapat dua ayat tentang Nabi Idris iaitu dalam surah Maryam ayat 56 dan 57: "Dan ceritakanlah { hai Muhammad kepada mereka , kisah } Idris yang terdapat tersebut di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. 57 - Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi." { Maryam : 56 - 57 }

Nabi Idris adalah keturunan keenam dari Nabi Adam a.s. putera dari Yarid bin Mihla'iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam A.S. dan adalah keturunan pertama yang dikurniai kenabian menjadi Nabi setelah Adam dan Syith. Menurut kitab tafsir 1000 tahun selepas Nabi Adam a.s wafat.

Nabi Idris dianugerahkan kepandaian di dalam pelbagai disiplin ilmu kemahiran serta mencipta peralatan yang digunakan manusia sekarang ini seperti penulisan, matematik, astronomi, dan lain-lain lagi. Menurut sebuah kisah, terdapat satu masa di mana kebanyakan manusia telah melupakan tuhan, dan bumi telah dihukum dengan kemarau. Walaubagaimanapun, Nabi Idris a.s. telah berdoa ke hadrat Allah s.w.t. dan berakhirlah musim kemarau tersebut dengan turunnya hujan.

Nabi Idris menurut sementara riwayat bermukim di Mesir di mana ia berdakwah untuk agama Allah mengajarkan tauhid dan beribadat menyembah Allah serta memberi beberapa pendoman hidup bagi pengikut-pengikutnya agar menyelamat diri dari seksaan di akhirat dan kehancuran serta kebinasaan di dunia. Ia hidup sampai usia 82 tahun.

Menurut sebuah buku The Prophet of God Enoch: Nabiyullah Idris, Idris ialah nama Arab bagi Enoch. Beliau dinyatakan di dalam Al-Quran sebagai manusia yang dipilih oleh Allah s.w.t. sehingga beliau diangkat ke langit.

Satu kepercayaan yang tidak dipastikan kesahihannya mengatakan bahawa piramid telah dibina sebagai merujuk kepada Nabi Idris a.s., kerana di kawasan itulah di mana beliau diangkat ke langit.

Nasihat dan Pengajaran

Di antara beberapa nasihat dan kata-kata mutiaranya ialah : ~

Kesabaran yang disertai iman kepada Allah membawa kepada kemenangan.
Orang yang bahagia ialah orang yang berwaspada dan mengharapkan syafaat daripada Tuhannya dengan amal-amal solehnya.
Apabila kamu memohon sesuatu kepada Allah dan berdoa maka ikhlaskanlah niatmu demikian pula puasa dan solatmu.
Janganlah bersumpah dalam keadaan kamu berdusta dan janganlah menuntup sumpah dari orang yang berdusta agar kamu tidak menyekutui mereka dalam dosa.
Taatlah kepada raja-rajamu dan tunduklah kepada pembesar-pembesarmu serta penuhilah selalu mulut-mulutmu dengan ucapan syukur dan pujian kepada Allah.
Janganlah iri hati kepada orang-orang yang bernasib baik , kerana mereka tidak akan banyak dan lama menikmati nasib baiknya.
Barang siapa melampaui kesederhanaan tidak sesuatu pun akan memuaskannya.
Tanpa membahagi-bahagikan nikmat yang diperolehnya seorang tidak dapat bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diperolehinya itu.
Firman Allah bahawa Nabi Idris diangkat martabatnya. Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya meriwayatkan bahawa Nabi Idris wafat tatkala berada di langit keempat dibawa oleh seorang Malaikat

Wallahu a'alam bissawab.

Surah Al-Falaq



Surah Al- Falaq mengandungi lima ayat dan diturunkan di Mekah. Tafsirnya berbunyi:

Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani.
Katakanlah (wahai Muhammad): Aku berlindung kepada (Allah) Tuhan yang menciptakan sekalian makhluk.
Dari bencana makhluk-makhluk yang Dia ciptakan.
Dari bahaya gelap apabila ia masuk.
Dari kejahatan makhluk-makhluk yang menghembus-hembus pada simpulan-simpulan (dan ikatan-ikatan).
Serta dari kejahatan orang yang dengki apabila dia melakukan dengkinya.

Kenapa Surah Al-Falaq diturunkan?
Seorang Arab Yahudi bernama Labid ibn Asim yang merupakan antara munafiq telah mengenakan Ilmu Hitam (sihir) kepada Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wasallam. Dia telah mengambil rambut baginda dan membuat sebelas ikatan (simpulan) dan meletakkanya di bawah batu berhampiran sebuah telaga bernama Zarwan.

Akibatnya, Rasulullah telah mengalami kekeliruan dan was-was tentang perkara yang telah dilakukan dan belum dilakukan baginda (walaupun ia tidak mempengaruhi ajaran dan sifat kenabian baginda). Maka, malaikat Jibrail turun menghadap baginda dan memberitahu perkara yang sebenar dan menyampaikan dua surah iaitu Surah al-Falaq dan Surah An-Nas. Baginda bersama para sahabat baginda pergi ke telaga tersebut dan mengalihkan simpulan rambut tersebut.

Ketika setiap kali surah dibaca, simpulan itu terurai dengan sendirinya dan ketika simpulan yang kesebelas terurai, baginda telah bebas dari pengaruh ilmu hitam tersebut.
(Rujukan: Tafsir Ibn Kathir & Ma’arif al-Qur’an)

Menurut Abdullah Yusuf Ali, pada waktu zaman kenabian Nabi Muhammad s.a.w., terdapat seorang bomoh perempuan yang mengenakan sihir hitam ke atas musuhnya menggunakan sihir pada simpulan. Dengan itu, Allah menurunkan surah ini sebagai perlindungan daripada sihir tersebut.
Source: wikipedia.org

Siti Aisyah menerangkan : "Bahawa Rasulullah s.a.w. pada setiap malam apabila hendak tidur, Baginda membaca Surah Al-Ikhlas, Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas lalu ditiupkan pada kedua telapak tangan, kemudian disapukan keseluruh tubuh dan kepala.

Barang siapa terkena penyakit kerana perbuatan syaitan atau manusia, hendaklah membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 41 kali selama 3 hari, 5 hari atau 7 hari berturut-turut.

Barang siapa yang takut akan godaan syaitan dan manusia, takut dalam kegelapan malam atau takut dengan kejahatan manusia, bacalah Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 100 kali.

Penciptaan Nabi Adam Alaihissalam


Nabi Adam merupakan nabi dan juga manusia pertama dicipta Allah and bergelar Khalifah Allah yang dimuliakan dan ditinggikan darjatnya menjadi nabi yang pertama. Baginda diutus kepada anak cucunya agar menyembah Allah Yang Maha Esa. Di antara mereka ada yang taat dan ada pula yang derhaka.

Setelah Allah menciptakan bumi, langit dan para malaikat, Allah mahu mencipta pula sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi serta memeliharanya.

Ketika dikhabarkan kepada para malaikat oleh Allah akan kehendak-Nya menciptakan makhluk itu, mereka risau sekiranya kehendak Allah itu akan menyebabkan kecuaian dan kelalaian mereka dalam ibadah dan menjalankan tugas atau kerana pelanggaran yang mereka lakukan tanpa disedari.

Para malaikat berkata kepada Allah:

“Wahai Tuhan kami! Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami, padahal kami selalu bertasbih, bertahmid, melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-henti, sedangkan makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu, nescaya akan bertengkar satu dengan lain, akan saling bunuh-membunuh keraba berebut untuk menguasai kekayaan alam yang terlihat di atasnya dan terpendam di dalamnya sehingga akan terjadilah kerosakan dan kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu.”

Allah berfirman, menghilangkan kekhuatiran para malaikat itu:

"Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku. Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepadanya, maka bersujudlah kamu di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah, kerana Allah s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya."
Allah lalu memerintahkan Malaikat Jibril turun ke bumi untuk mengambil sebahagian tanah sebagai bahan untuk menjadikan Adam. Walau bagaimanapun, bumi enggan membenarkan tanahnya diambil malah bersumpah dengan nama Allah yang dia tidak rela untuk menyerahkannya kerana kebimbangannya seperti yang dibimbangkan oleh para malaikat.

Jibril kembali setelah mendengar sumpah tersebut lalu Allah mengutuskan pula Malaikat Mikail dan kemudiannya Malaikat Israfil tetapi kedua-duanya juga tidak berdaya hendak berbuat apa-apa akibat sumpah yang dibuat oleh bumi. Maka, Allah memerintahkan Malaikat Izrail untuk melakukan tugas tersebut dan menggesa agar tidak berundur walaupun bumi bersumpah kerana tugas tersebut dijalankan atas perintah dan nama Tuhan.

Maka, Izrail turun ke bumi dan mengatakan yang kedatangannya adalah atas perintah Allah dan memberi amaran kepada bumi untuk tidak membantah yang memungkinkan bumi menderhaka kepada Allah. Menurut Ibnu Abbas, tanah bumi dan syurga digunakan untuk dijadikan bahan mencipta Adam. Tanah tersebut adalah:

Tanah Baitulmuqaddis - kepala sebagai tempat kemuliaan untuk diletakkan otak dan akal.
Tanah Bukit Tursina (Mesir) - telinga sebagai tempat mendengar dan menerima nasihat.
Tanah Iraq - dahi sebagai tempat sujud kepada Allah.
Tanah Aden (Yaman) - muka sebagai temat berhias dan kecantikan.
Tanah telaga Al-Kautsar - mata sebagai tempat menarik perhatian.
Tanah Al-Kautsar - gigi sebagai tempat memanis-manis.
Tanah Kaabah(Makkah) - tangan kanan sebagai tempat mencari nafkah dan bekerjasama.
Tanah Paris (Perancis) - tangan kiri sebagai anggota untuk melakukan istinjak.
Tanah Khurasan (Iran) - perut sebagai tempat berlapar.
Tanah Babylon (Iraq) - kelamin sebagai organ seks dan tempat bernafsu serta godaan syaitan.
Tanah Tursina (Mesir) - tulang sebagai peneguh manusia.
Tanah India - kaki sebagai anggota berdiri dan berjalan.
Tanah Firdaus (Syurga) - hati sebagai tempat keyakinan, keimanan, dan kemahuan.
Tanah Taif (Arab Saudi) - lidah sebagai tempat untuk mengucapkan syahadah, syukur dan doa.
Tubuh Adam mempunyai sembilan rongga atau liang. Tujuh liang di kepala dan dua di bawah badan iaitu dua mata, dua telinga, dua hidung, satu mulut, satu dubur dan satu uretra. Lima pancaindera dilengkapkan dengan anggota tertentu seperti mata untuk penglihatan, telinga untuk pendengaran, hidung untuk pengesanan bauan, lidah untuk perasa seperti masam, masin, manis dan pahit dan kulit untuk sentuhan bagi panas, sejuk, tekanan, kelikatan dan sakit.

Ketika Allah menjadikan tubuh Adam, tanah dicampurkan dengan air tawar, masin dan hanyir beserta api dan angin. Kemudian Allah resapkan Nur ke dalam tubuh Adam dengan pelbagai "sifat". Lalu tubuh Adam digenggam dengan genggaman Jabarut dan diletakkan di dalam Alam Malakut. Tanah itu dicampurkan lagi dengan istilah wangian dan ramuan dari Nur-Sifat Allah dan dirasmi dengan "Bahrul Uluhiyah". Kemudian, tubuh tersebut dibenam dalam "Kudral 'Izzah" iaitu sifat "Jalan dan Jammal" lalu disempurnakan tubuh tersebut.

Waktu kejadian manusia tidak disebut berapa lama walaupun melalui apa cara perhitungan sekalipun seperti dalam Al-Quran: "Bukankah telah berlalu kepada manusia satu ketika dari masa (yang beredar), sedang dia (masih belum wujud lagi dan) tidak menjadi sesuatu benda yang disebut-sebut..." (Surah Al-Insaan)

Menurut keterangan ulama, tubuh Adam diselubungi dalam tempoh 120 tahun, 40 tahun di tanah yang kering, 40 tahun di tanah yang basah dan 40 tahun di tanah yang hitam dan berbau. Dari situ, Allah ubah tubuh Adam dengan rupa kemuliaan dan tertutuplah dari rupa hakikatnya. Kerana proses kejadian itu yang melalui peringkat yang "kotor", tidak hairan Malaikat dan Iblis memandang rendah akan kejadian manusia yang dicipta dari tanah.

Roh diperintah Allah untuk memasuki jasad Adam tetapi seperti makhluk lain, roh juga enggan, malas dan segan kerana jasad yang seperti batu. Dikatakan ruh berlegar-legar mengelilingi jasad Adam sambil disaksikan malaikat. Kemudian, Allah memerintahkan Malaikat Izrail memaksa ruh memassuki tubuh tersebut masuk ke dalam tubuh Adam. Ia memasukkannya ke dalam tubuh dan roh secara perlahan-lahan masuk hingga ke kepalanya yang mengambil masa 200 tahun. Setelah meresapi ke kepala Adam, maka berfungsilah otak dan tersusunlah urat saraf dengan sempurna. Lalu, terjadilah mata dan terus terbuka melihat tubuhnya yang masih keras dan malaikat di sekelilingnya. Telinga mulai berfungsi dan didengarnya kalimah tasbih para malaikat. Apabila roh tiba ke hidung, lalu ia bersin dan mulutnya juga terbuka. Allah mengajarkan kalimah "Alhamdulillah" yang merupakan kalimah pertama diucapkan Adam dan Allah sendiri yang membalasnya.

Kemudian, roh tiba ke dadanya lalu Adam berkeinginan untuk bangun padahal tubuhnya yang bawah masih keras membatu. Ketika itu ditunjukkan sifat manusia yang terburu-buru. Ketika roh sampai di perut, maka organ dalam dan perut tersusun sempurna dan saat itu Adam mula merasakan lapar. Akhirnya, roh meresap ke seluruh tubuh Adam, tangan dan kaki dan berfungsilah dengan sempurna segala darah daging, tulang, urat saraf dan kulit. Menurut riwayat, kulit Adam amat baik ketika itu berbanding kulit manusia di kini dan warnanya masih dapat dilihat di kuku sebagai peringatan kepada keturunan manusia.

Dengan itu, sempurnalah sudah kejadian manusia pertama dan Adam digelar sebagai "Abul Basyar" iaitu Bapa Manusia.

Wallahua’lam