Sabtu, 20 Oktober 2012

Mengetahui Akhlak-Akhlak Iblis Dan Syaitan





Setiap orang bercita-cita untuk mendapatkan yang terbaik dan yang paling membahagiakan, mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Akan tetapi sedikit dari mereka yang mengetahui jalannya. Seorang pencuri, pezina, dan pemabuk akan mengatakan dirinya yang paling bahagia dan tenteram, serta menuduh orang lain yang menjaga dirinya dari bermaksiat kepada Allah sebagai seorang yang suci dan bersih, menuduhnya sebagai seorang yang kolot dan kuno. Demikianlah hawa nafsu apabila telah mencapai apa yang diinginkan. Rintangan demi rintangan bukan sebagai badai yang menghempas bahtera nafsunya. Zikir dan peringatan serta nasihat bukan lagi sebagai pengetuk gendang telinga dan mata hatinya.
Prinsipnya adalah “semua rintangan akan dihadapi serta semua nasihat akan ditepis dan dibantah, setelah itu menjadi kepingan-kepingan besi yang telah berkarat dan tidak bererti.” Demikianlah hawa nafsu yang telah naik meninggi ke angkasa. Sulit melihat diri dan keselamatannya. Dia juga akan berprinsip “tidak peduli”: biarlah anjing menggonggong kafilah tetap berlalu. Dia pun akan berkata: “No problem” walaupun Allah  menurunkan utusan-utusan-Nya dari langit. Demikianlah hawa nafsu yang sudah bergulung dalam kenistaan hidup, oleh kerananya lawan akan boleh menjadi teman dan kawan akan boleh menjadi lawan, yang ma’ruf akan boleh menjadi mungkar dan mungkar  boleh menjadi ma’ruf. Inilah yang dikhuatirkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam sabda beliau:

“Sesungguhnya dari perkara-perkara yang aku khuatirkan menimpa kamu setelahku adalah permasalahan perut-perut kamu (kerakusan), kemaluan-kemaluan kamu (syahwat), dan hawa nafsu-hawa nafsu yang menyesatkan.” (HR. al-Imam Ahmad, ath-Thabarani, Ibnu Abi ‘Ashim di dalam as-Sunnah, dan disahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani di dalam kitab Zhilal al-Jannah, dari sahabat Abu Barzah al-Aslami )


Kerakusanlah yang menjadi mesin pendorong nafsunya untuk mencapai keinginannya dan menentang segala penghadang di jalannya. Meski yang menghadangnya adalah kobaran api yang menjadi wujud lampu merah dari Allah  dan Rasul-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah  Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Seandainya anak Adam memiliki satu lembah emas, dia akan berkeinginan untuk mendapatkan dua lembah, dan tidak ada yang akan menutup mulutnya melainkan tanah dan Allah l akan menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (HR. al-Bukhari , Muslim, serta al-Imam Ahmad,  dan dari sahabat Abdullah bin ‘Abbas dan Anas bin Malik r.a)




Bagaimanakah Akhlak Iblis?
Mengejar syahwat dan menolak kebenaran adalah akhlak iblis. Menipu dan menyebarkan syubhat adalah akhlak iblis. Ketagih bermaksiat, menghalangi orang dari jalan Allah , meremehkan orang lain, rakus, tamak, sombong, angkuh, dan sebagainya, itulah akhlak iblis. Seluruh perkara yang merupakan perbuatan maksiat kepada Allah  baik dengan ucapan mahupun perbuatan, itulah akhlak iblis.

Peringatan Allah  Tentang Akhlak Iblis
Allah  berfirman di dalam Al-Qur’an:
“Wahai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagi kamu, maka jadikanlah dia musuh kerana sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir: 5—6)
“Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dan apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan kerana sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu. Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (al-Baqarah: 168—169)
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu.” (al-Baqarah: 208)
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar.” (an-Nur: 21)



Ibnu Katsir  dalam Tafsirnya mengatakan: “‘Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu’, (di sini) ada peringatan untuk menjauh darinya (syaitan).”
Al-Imam Qatadah dan as-Suddi  rahimahumallah mengatakan: “‘Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan’, artinya segala bentuk kemaksiatan kepada Allah , maka itulah langkah-langkah syaitan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/209)

Ibnul Jauzi  mengatakan: “Ketahuilah bahwa tatkala Adam  diciptakan, diberikan kepadanya hawa nafsu dan syahwat untuk mendapatkan apa yang bermanfaat baginya, serta diberikan sifat marah untuk menolak apa yang akan mengganggunya, dan diberikan akal seolah-olah bagaikan pendidik yang dia menyeru untuk melakukan keadilan dalam segala perkara yang harus diraih dan ditinggalkan. Dan Allah  menciptakan syaitan, membangkitkan untuk melampaui batas dalam meraih dan meninggalkannya. Maka kewajiban atas orang yang berakal adalah berhati-hati dari musuh ini, yang telah menunjukkan permusuhannya semenjak Nabi Adam a.s, serta telah menghabiskan umur dan dirinya untuk melakukan kerosakan di tengah-tengah Bani Adam.” (al-Muntaqa an-Nafis, hlm. 51)

Beliau juga mengatakan: “Maka bila syaitan menggoda seseorang terhadap satu perkara maka hendaklah dia berhati-hati . Hendaklah dia berkata kepadanya (syaitan) ketika dia menyuruh untuk bermaksiat: ‘Sesungguhnya kamu hanya memerintahkan diriku untuk mencapai syahwat berahiku, lalu bagaimana tampak kebenaran suatu nasihat bagi seseorang yang tidak dapat menasihati dirinya sendiri? Pergilah kamu! Kamu tidak menemukan celah pada diriku’.” (al-Muntaqa an-Nafis, hlm. 53)




Suka Selalu Terhadap Maksiat Adalah Akhlak Iblis
Menyukai maksiat adalah suatu penyakit kronik yang harus segera ditangani dengan penuh saksama dan terus-menerus. Syaitan akan membisikkan kepadamu bahwa engkau adalah orang alim, ahli ibadah, orang zuhud, qana’ah, dan orang dermawan. Cuba lihat teman-temanmu, mereka tidak ada artinya di hadapanmu. Mereka jauh darimu dan mereka tidak akan menyamaimu walaupun hujung kuku kaki atau tanganmu.
Dengarkan bantahan iblis terhadap perintah Allah:
“Apa yang menghalangimu untuk sujud kepada apa yang aku telah menciptakannya dengan kedua tangan-Ku, apakah kamu telah menyombongkan diri atau kamu termasuk orang-orang yang lebih tinggi?” Iblis menjawab, “Aku lebih baik darinya, aku Engkau ciptakan dari api, sedangkan Adam Engkau ciptakan dari tanah.” (Shad: 75—76)
Iblis juga berkata:
“Dia berkata, ‘Terangkanlah kepadaku, inikah orang yang engkau muliakan atas diriku?’.” (al-Isra: 62)


Ibnul Jauzi  mengatakan bahwa maknanya adalah: “Beritakanlah kepadaku apa alasannya Engkau memuliakan dia di atasku?” (al-Muntaqa, hlm. 53)

Cinta untuk selalu di atas akan menghalangi seseorang dari ilmu dan akan menggagalkan perjuangan. Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin t mengatakan: “Seseorang yang takabur (sombong) tidak mungkin akan mendapatkan ilmu, kerana ilmu itu memerangi kesombongan tersebut seperti mata air yang menghempaskan tempat yang tinggi. Kerana tempat yang tinggi akan selalu digoyangkan oleh air ke kanan dan ke kiri sehingga air itu tidak diam. Begitu juga ilmu. Dia tidak akan tinggal bersama kesombongan dan sifat yang suka ketinggian, yang pada akhirnya ilmu tersebut dicabut darinya.” (al-’Ilmu, hlm. 80)

Cinta untuk selalu menjadi orang yang berada di atas adalah satu wujud kemaksiatan kepada Allahl. Bila demikian keadaannya maka akan melahirkan kemaksiatan yang baru. Ibnu Abil ‘Izzi al-Hanafi mengatakan, “Dosa akan menghasilkan dosa baru, kerana balasan perbuatan jahat adalah keburukan setelahnya.” (Syarah al-‘Aqidah ath-Thahawiyyah, hlm. 440)

Apabila seseorang memiliki penyakit yang demikian maka akan melahirkan penyakit yang lain. Di antaranya:

1. Apabila dia melihat orang lain lebih dari dirinya maka dia akan hasad kepada orang tersebut, sampai kelebihan/keutamaan itu hilang dari orang tersebut.

2. Apabila dia sampai kepada apa yang dicintainya (diinginkannya) maka dia akan meremehkan orang lain, bahkan meremehkan gurunya sendiri.

3. Apabila dia beramal satu amalan yang tidak boleh dilakukan oleh orang lain maka akan bermunculan penyakit-penyakit kronik lainnya:

a.    Angkuh (ujub) terhadap dirinya, menganggap dirinyalah yang paling baik.
b.    Muncul sifat riya’ (ingin menonjol diri) dalam beramal supaya orang lain memujinya.
c.    Muncul sifat sum’ah (ingin memperdengarkan amalannya) supaya orang lain memuji-mujinya.

4. Apabila datang cercaan kepadanya maka dia menganggap yang demikian itu adalah azab.
Demikianlah sebahagian akhlak iblis yang akan menjauhkan seseorang dari Allah . Berhati-hatilah dari akhlak tersebut dengan cara mempelajari perjalanan hidup Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat beliau, yang telah berjuang di atas perjuangan kita ini dan mereka lebih dari segala-galanya. Kiaskan perjuangan dirimu dengan perjuangan mereka maka kamu akan menemukan dirimu jauh dari mereka. Oleh kerana itu, untuk apakah kamu mengangkat dirimu?


Wallahu a’lam.







Tiada ulasan: